Larangan Ghibah / Gossip, sebuah kisah kerbau terbunuh gara-gara monyet



Sehabis pulang dari sawah, kerbau rebahan di kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datang lah anjing. Kerbau lalu berucap:

“Ahh kawanku, aku sungguh lelah dan besok mau istirahat dulu seharian”

Anjing pergi dan bertemu kucing lagi di sudut tembok lalu berkata “tadi saya bertemu dengan kerbau, dia besok mau istirahat dulu. Wajarlah, sebab bos kasih kerjaan terlalu berat sih”.

Kucing lalu cerita ke kambing dan berkata “kerbau komplain bos kasih kerja telalu banyak dan berat. Besok udah gak mau kerja lagi”.

Kambing jumpa ayam dan berucap “kerbau rupanya gak suka kerja untuk bos lagi, sebab mungkin karena ada bos lain yang lebih baik”.

Ayam jumpa monyet dan berkata “kerbau gak akan kerja untuk bosnya dan ingin cari kerja ditempat lain”.

Saat makan malam monyet jumpa bos dan berkata “boss, si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya dan dia mau meninggalkan bos untuk kerja dengan bos lain”.

Mendengar ucapan monyet, bos marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah mengkhianatinya.

Pelajaran yang bisa diambil:
Ucapan si kerbau:

“SAYA SUNGGUH CAPEK, DAN BESOK MAU ISTIRAHAT SEHARI”.

Lewat beberapa teman akhirnya ucapan ini sampai ke bos dan pernyataan kerbau justru telah berubah menjadi :

“si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya dan mau meninggalkan bos untuk kerja dengan bos lain”.

Sahabatku..

Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti sampai telinga kita saja, tidak perlu diteruskan ke orang lain. Janganlah bergosip atau berghiba sebab itu dilarang.

Jika itu sampai, jangan percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain, meskipun itu orang terdekat kita. Kita perlu memastikan kebenarannya sebelum bertindak.

Pandangan kisah diatas dalam ajaran Islam.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ, وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwsanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya”.

Hal ini juga telah dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ حَمَّاد عَنْ إبْرَاهِيْمَ قَالَ : كَانَ اِبْنُ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ : الْغِيْبَةُ أَنْ تَذْكُرَ مِنْ أَخِيْكَ مَا تَعْلَمُ فِيْهِ. وَإِذَا قُلْتَ مَا لَيْسَ فِيْهِ فَذَاكَ الْبُهْتَانُ

“Dari Hammad dari Ibrahim, dia berkata : Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata :”Ghibah adalah engkau menyebutkan apa yang kau ketahui pada saudaramu, dan jika engkau mengatakan apa yang tidak ada pada dirinya berarti itu adalah berdusta”.

Dari hadits ini para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ghibah adalah “Engkau menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu, yang seandainya dia tahu maka dia akan membencinya”. Sama saja, apakah yang engkau sebutkan adalah kekurangannya yang ada pada badannya atau nasabnya atau akhlaqnya atau perbuatannya atau pada agamanya atau pada masalah duniawinya. Dan engkau menyebutkan aibnya di hadapan manusia dalam keadaan dia ghoib (tidak hadir). Syaikh Salim Al-Hilali berkata: “Ghibah adalah menyebutkan aib (saudaramu) dan dia dalam keadaan ghaib (tidak hadir di hadapn-mu). Oleh karena itu (saudaramu) yang ghoib tersebut disamakan dengan mayat, karena orang yang ghoib tidak mampu untuk membela dirinya. Demikian pula mayat tidak mengetahui bahwa daging tubuhnya dimakan, sebagaimana orang yang ghoib juga tidak mengetahui ghibah yang telah dilakukan oleh orang yang mengghibahinya”.

Kisah kerbau dan monyet diatas barangkali hanya kisah dongeng, namun sarat makna, dimana jika manusia melakukan hal yang serupa, maka adalah sebuah dosa yang amat besar.

Diskusi:

Yuk berkomentar hanya dengan kata-kata yang baik

Hubungi Kami